Sabtu, 21 Februari 2009

pohon 5

9 Januari 2009
Asik... tau nggak kenapa asik? Itu karena hari ini kami pulang cepet, jam 8.30 booo.... asik nggak tuh. Kita semua pulang cepet karena guru-guru pada layat. Bukannya kita seneng sama orang yang meninggal, but sma pulang cepetnya itu lho! Rencananya sih, kami mau ke pernik, biasa gitu ABG. Sayangnya tutup sodara-sodara. Tapi kalau balik dan pulang kan sayang banget, coz kita pulang cepet, kenapa nggak dimanfaatin buat kebersamaan. Setelah ditimbang dan diukur, akhrnya kami memilih ke rumah Menur yang sejalur. Asik deh.
Di rumah Menur, kita nonton film yang udah di download ma tmen-temennya kakaknya Menur, asik deh di rumah Menur, tapi pake ada temennya kakaknya Menur sih, jadi khan rada nggak enak gitu. Tapi akhirnya kita semua foto-foto pake laptopnya Menur. Narsis-narsisan. Pokoknya asik deh. Terus kita ke indomart, beli es krim. Hmm.. yummy. Terus Menur kasih ide ke kita, gimana klo ke pohon 5. Pohon 5? Kita semua bertanya-tanya, dan Menur menjelaskan, itu pohon yang berbentuk angka 5.
Akhirnya kami ke sana. Nggak disangka medan jalan bagai surga (bagiku) soalnya isinya sawah dengan lumpur yang bisa memendam kami sampai sepaha. Karena medan pertempuran yang seperti itu, akhirnya kami memutuskan untuk melepaskan rok panjang kami. Beruntung aku pakai celana ¾ , Menur pakai celana pendek diatas lutut, Inna pakai boxer sepaha, Ula pakai sort, sedangkan Eva, ah.. itu nggak usah diomongin aja. Di tengah jalan, kita kehujanan. Berhubung pada pakai seragam, kami takut seragam kami nggak bisa kering besok. Padahal, seragam ini masih dipakai lagi, mama.... gimana nih.
Akhirnya kami berlari, berlari sekuat tenaga, berusaha agar tidak jatuh dan mengotori seragam kami. Akhirnya kami sampai di pohon 5 dan berteduh, cerita-cerita, main-main, bercanda-bercanda pokoknya. Sampai akhirnya hujan deras mengguyur, demi baju seragam yang sudah tidak berbentuk seragam lagi, kami berlari. Karena terburu-buru, kami terpisah menjadi 2 regu, aku, Menur dan Ula berlar menuju jalan normal yang melewati kuburan, padahal kami baru saja nonton film horor. Menakutkan, bulu kuduk kami bergidik ngeri, kami berlari dan berteriak sejadi-jadinya. Kemudian Inna dan Eva memotong jalan melewati tengah sawah. Tujuan kami satu, yaitu minta tolong ke SMP al-azhar. Inna yang mantan murid Al-azhar bertugas minta tolong, dan kami hanya melihat dan berharap saja. Akhirnya kami diberi 2 kantung plastik, baju dan rok juga sandal dimasukkan ke plastik.
Setelah itu karena Al-Azhar hampir pulang, maka kami segera pulang. Kalau ketahuan anak Al-Azhar, mau ditaruh dimana muka kami, pantat? Iya kalau bisa, masalahnya nggak bisa. Kami berlari lagi menuju pohon 5. Dengan tidak memakai sandal, kami berlari. Tapi.. kami baru sadar kalau jalanan penuh duri, akhirnya sambil berjingkat, kami meneruskan perjalanan. Karena bajuku, Eva dan Inna yang paling kotor, kami mencari sungai agar bisa mencuci baju, huh sayangnya nggak ada.
Sampai di pohon 5, aku, Eva dan Inna mendengar bunyi sungai, setelah dicari dan ternyata nggak ada, kami membersihkan diri di tempat penyaluran air irgasi. Sepanjang jalan menuju tempat, kami tertawa terpingkal-pingkal melihat Eva berlari dengan kostumnya. Huahahaha. Setelah lumayan bersih, kami pulang, ketika menyadari sudah sore. Ketika pulang, kami tertawa-tawa terus. Pokoknya asik.
Sampai rumah Menur, kami mencuci seragam, sumpah kami seperti gadis desa yang hanya mengenakan kemben (handuk sih) dan baju serta jilbab kami dilepas semua. Kami mencuci dengan khusyuk, sampai baju kinclong lagi. Asik berat, setelah baju dijemur dan dikeringkan dengan mesin pengering, kami berganti baju, dengan meminjam baju Menur (nggak modal). Karena kami lapar dan capek, akhirnya kami masak nasi goreng, kami meracik bumbu sendiri, menggoreng, mengulek, dan memotong, semuanya sendiri. Setelah jadi satu piring besar, kami makan bersama, makan bersama paling enak waktu : rebutan. Habis, nasinya habis, kruyuuk, perut kami masih lapar dan berbunyi. Akhirnya kami masak mie rebus. Aku menyarankan, bumbunya jangan banyak-banyak, karena kebanyakan MSG bisa bikin bodo. Asoy, setelah kenyang kami nonton ‘tali pocong perawan’.
Ceritanya ada mahasiswa (sebut saja si A) yang gantung diri. Dan ada lagi mahasiswa (si B) yang mencintai pacar temannya (si C). Tiap malam si B mengintip temannya (si D) lagi gitu-gitu dengan pacarnya. Dan di internet, dia membaca kalau tali pocong perawan bisa membuat orang tergila-gila setenagh mati, dan besoknya dia melihat koran tentang A yang bunuh diri itu. Akhirnya B mengambil tali pocongnya menggunakan mulut, harus menggunakan mulut.
Karena nggak manjur, tali itu dibakar, padahal kalau dibakar, si pocong A bakal ngehantuin si B. Betul pocong A itu menghantui B sampai akhirnya dia gila. Kami tertawa terpingkal-pingkal waktu adegan pocong terbang, ‘oh pocong sekarang udah beda, cape loncat ‘ kata kami sambil tertawa. Akhirnya si B bunuh diri. Tapi pocong itu ganti menghantui si D dan C, dan kami kembali tertawa, ketika si pocong berendam (ceilee, pocong skrang).
Flash back, ternyata itu pocong, si A dulu soulmatenya si D dan mereka berjanji sehidup semati, tapi si temen selingkuh, dan si pocong bunuh diri. Dan believe it or not, si temen waktu SMP mirip orang yang dicukai Eva namanya Ahmad kautsaro, atau Ahmad Katok Sarung, karena temenku kalao ngomong color (baca kaler) jadi kolor, maka namanya berubah Ahmad Kolor Sarung. Nah kembali ke cerita, (karna laptopnya nggak ada). Si D milih bunuh diri, sambil berkata ‘maafin aku A, aku akan menepati janji kita, sehidup semati, karena kamu sudah mati, maka aku juga akan mati’ dan di belakang D itu ada pocong A, yang kemudian berubah menjadi si A. Waktu si cowok mau bunuh diri, si C, meluk dia, dan si pocong pergi dengan tenang. Eng ing eng.
Tapi di akhir cerita, waktu mereka nenangin diri, karena pocong A udah pergi, tiba-tiba ada pocong jatuh dan matanya terbuka, percaya nggak, mukanya kayak Yudha (hahahaha).
Akhirnya kami pulang. Sampai rumah aku disambut dengan tatapan tidak ramah, kemudian aku dinasehati sejadi-jadinya. Dan katanya kalau pergi nggak pulang dulu sampai 3 kali, aku nggak boleh main lagi. Huh jahat. Aku nggak habis pikir, kenapa sih kok ada peraturan macam gitu. Dan sore menjelang malam, mobilnya temennya bapakku kebobolan. Dan yang harusnya ak di marahi jadi nggak dech... piezzzz...

2 komentar:

Kelepasan mengatakan...

menarik sekali cerita anda


www.wwwannurfajar.blogspot.com

Unknown mengatakan...

Makasih :D